Eksplorasi Cendawan Kontaminan Pada Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Palu Pascapanen

Article History

Submited : May 25, 2023
Published : December 4, 2023

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan telah dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu provinsi yang menjadi sentra budidaya adalah Sulawesi Tengah. Cendawan kontaminan pada Bawang merah dapat menyebabkan kehilangan hasil, penurunan kuantitas dan kualitas bawang merah yang berpengaruh pada nilai jual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui cendawan kontaminan yang ditemukan pada umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas lokal Palu pasca panen. Penelitian terdiri dari penyediaan sampel umbi bawang merah, sterilisasi alat yang digunakan, pembuatan, sterilisasi dan penuangan media PDA, isolasi cendawan dari umbi bawang merah, pemurnian isolat cendawan dan identifikasi cendawan kontaminan. Pengambilan umbi bawang merah dilakukan pada bulan Februari 2020 dengan menggunakan metode stratified random sampling.  Isolasi cendawan dilakukan dengan metode penanaman langsung pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dan diidenifikasi berdasarkan karakteristik morfologi makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian pada tahap isolasi menghasilkan 11 isolat yang termasuk ke dalam 3 spesies cendawan terdiri dari Aspergillus niger, Mucor sp, dan Alternaria alternata, ketiga spesies cendawan tersebut merupakan jenis cendawan yang pernah ditemukan pada umbi bawang merah pasca panen

AAK. (1998). Pedoman Bertanam Bawang. Yogyakarta: Kanisius.

Adongo, B. A., Kwoseh, C. K., and Moses, E. (2015). Storage rot fungi and seed-borne pathogen of onion. J Sci Technol, 35(2), 13-21.

Ahmad, R. Z. (2009). Cemaran kapang pada pakan dan pengendaliannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28 (1), 15–22.

Albright, D. M. (2001). Human health effects of airborne mycotoxin exposure in fungi-contaminated indoor environments. American Society of Safety Engineers, 26- 28.

Ali, N. Sardjono, A. Yamashita, and Yoshizawa, T. (1998). Natural occurrence of aflatoxins and fusarium mycotoxins (fumonisins, deoxynivalenol, nivalenol, and zearalenone) in corn from Indonesia. Food. Add. Contaminant, 15, 377-384.

Bahri, S., Maryam, R. dan Widiastuti, R. (2002). Materi Kuliah pada Workshop on “Grain and Feed Quality”. Bogor.

Bahrudin. (2004). Penggunaan Taraf Naungan dan Jenis Mulsa untuk Meningkatkan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Palu. Agroland, 11(2), 161-167.

Bennet, J. W. and M. Klich. (2003). Mycotoxins. Clinical Microbiology Review, 16(3), 497-516.

Dharmaputra, O. S., Listiyowati, S. dan Nurwulansari Jurnal, I. Z. (2018). Keragaman Cendawan Pascapanen pada Umbi Bawang Merah Varietas Bima Brebes. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 14(5), 175-182.

Desjardins, A. E. and Hohn, T. M. (1997). Mycotoxins in Plant Pathogenesis. MPMI, 10(2), 147-152.

Diener, U. L., Cole, R. J., Sanders, T. H., Payne, G. H., Lee, L. S., and Klich, M.A. (1987). Epidemiology of aflatoxin formation by Aspergillus flavus. Annu. Rev. Phytopathol, 25, 249-270.

Direktorat Perbenihan. (2004). Kumpulan Surat Keputusan Menteri Pertanian Tentang Pelepasan Varietas. Jakarta: Direktorat Perbenihan Hortikultura.
Erda, V. Handayani, D. dan Irdawati. (2013). Cendawan Kontaminan pada Beberapa Jenis Sayuran di Pasar Raya Padang. Eksakta, vol 1.

Gock, M. A., Hocking, A. D., Pitt, J. I., and Poulos, P. G. (2003). Influence of temperature, water activity, and pH on growth of some xerophilic fungi. International Journal of Food and Microbiology, 2481, 11-19.

Gunawan, A. W. dan Hartanti, A. T. (2019). Biologi dan Boteknologi Cendawan dalam Praktik, Edisi 4. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Irianto, K. (2009). Sukses Agrobisnis. Jakarta: Sarana Ilmu Pustaka.

Jacobs, K. and Botha, A. (2008). Mucor renisporus sp. Nov. a new coprophilous species from Southern Africa. Fungal Diversity, 29, 27-35.

Kabak, B. Dobson, A. D. W., and Var. I. (2006). Strategies to prevent mycotoxin contamination of food and animal feed: a review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 46, 593- 619.

Kasno, A. (2004). Pencegahan infeksi Aspergillus flavus dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah. Jurnal Litbang Pertanian, 23(3), 75-81.

Klich, M. A. (1987). Relation of plant water potential at flowering to subsequent cotton seed infection by Aspergillus flavus. Phytopathology, 77, 739-741.

Komar, N., Rakhmadiono, S., dan Kurnia, L. (2001). Teknik Penyimpanan Bawang Merah. Jurnal Teknologi Pertanian, 2(2), 79-95.

Kuiper-Goodman, T. (1996). Risk assessment of ochratoxin A: An update. Food. Addit. Contam, 13 (Suppl), 553-557.

Mahmud, M. S., and Monjil, M. S. (2015). Storage diseases of onion under variable conditions. Progressive Agric, 26, 45–50.

Manurung, H, S. H., (2013). Identifikasi Jamur pada Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.) yang Terserang Penyakit dengan Metode Blotter on Test. In Prosiding Seminar Nasional Kimia (pp. 178– 181).

Maryam, R. Bahri, S. dan Zahari, P. (1994). Deteksi aflatoksin B1, M1 dan Aflatoksikol dalam Telur dan Keamanan Pangan. Bogor.

Maryam, R. (1996). Residu Aflatoksin dan Metabolitnya dalam daging dan Hati Ayam. Bogor: Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner, 236-339.

Maryam, R. (2000a). Fumonisin: Kelompok mikotoksin fusarium yang perlu diwaspadai. Jurnal Mikologi Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medical Mycology), 1(1), 51-57.

Maryam, R. (2000b). Kontaminasi Fumonisin pada bahan pakan dan pakan ayam di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor: Pusat Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hlm.538-542.

Miller, J. D., Savard, M. E., Sabilia, A.Rapior, S. Hocking, A. D., and Pitt, J. I. (1993). Production of fumonisins and fusarins by Fusarium moniliforme from South East Asia. Mycologia, 85(3), 385-391.

Muhilal and Karyadi, D. (1985). Aflatoxin in nuts and grains. Gizi Indonesia, 10(1), 75-79.

Noveriza, R. (2008). Kontaminasi cendawan dan mikotoksin pada tumbuhan obat. Bogor: Balai penelitian tanaman obat dan aromatik. Perspektif, 7(1), 35-46.

Omurtag, G. Z. and Yazicioglu, D. (2006). A Review on fumonisin and trichothecene mycotoxins in foods consumed in Turkey. The Bulletin of the Istanbul Technical University Communicated, 54(4), 39-44.

Patkar, K. L., Usha, C. H., Shetty, H.S., Paster, N. and Lacey, J. (1993). Effect of spice essential oils on growth and aflatoxin B1 production by Aspergillus flavus. Letters in Applied Microbiology, 1(2), 49-51.

Pawar, B., Mane, S. B., Bhosale, S. A., Chavan, and A. M., College, S. R., Jalna, D., Ambedkar, B. (2016). (Allium cepa L.) In Maharashtra. Asian Journal of Science and Technology, 07(08), 3387–3389.

Pelczar, M. J. Jr., dan Chan, E. C. S. (2006). Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia (UI).

Perrone, G., Susca, A., Cozzi, G., Ehrlich, K., Varga, J., Frisvad, J. C., Samson, R. A. (2007). Biodiversity of Aspergillus species in some important agricultural products. Studies in Mycology, 59, 53–66.

Pitt, J. I. (2000). Toxigenic fungi: which are important? Med. Mycol, 38 (suppl.1), 17-22.

Pitt, J. I., and Hocking, A. D. (2009). Fungi and Food Spoilage (Ed ke-3.) New York (US): Springer.

Rahman, R. S., dan Umami, S. S. (2019). Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Pasca panen Bawang Merah Allium ascalonicum L. var. Super Philip. Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 14(1).

Saleh, M. S. (2004). Bawang Goreng Varietas Palasa Dilepas sebagai Varietas Unggul Nasional. Palu: Harian Umum Radar Sulteng.

Sharma R. (2012). Pathogenicity of Aspergillus niger in plants. Cibtech J Microbiol. 1(1):47– 51.

Sharma, P., Meena, P. D., Verma, P.R., Saharan, G. S., Mehta, N., Singh, D., and Kumar, A. (2015). Sclerotinia sclerotiorum (Lib.) de Bary causing Sclerotinia rot in oilseed Brassicas: A review. Journal of Oilseed Brassica, 6(1), 1–44.

Shehu, K. and Muhammad, S. (2011). Fungi associated with storage rots of onion bulb in Sokoto, Nigeria. Int J Mod Bot, 1(1), 1– 3.

Sinha, K. K. (1993). Mycotoxins. ASEAN Food Journal, 8(3), 87-93.

Sudjadi, S. Machmud, M. Damardjati, D. S., Hidayat, and A. Widowati, S. Widiati, A. (1999). Aflatoxin research in Indonesia. Elimination of Aflatoxin Contamiation in Peanut. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra. p. 23-25

Supriyadi, A., Rochdjatun, I., dan Djauhari, S. (2013). Kejadian Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Yang Dibudidayakan Secara Vertikultur Di Sidoarjo. Jurnal HPT, 1(3), 27–40.

Tjitrosoepomo, G. (2010). Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Trisiwi. (1996). Identifikasi kapang penghasil mikotoksin pada pakan ayam pedaging dan petelur di kotamadya Bandar Lampung. Skripsi Sarjana, Universitas Lampung.

Velez-Rodriguez, L. and Rivera- Vrgas, L. I. (2007). Recent studies of fungal pathogens of onion in Puerto Rico. J Agric Univ Puerto Rico, 91, 31-45.

Webster, J., and Weber, R. W. (2007). Introduction to Fungi (Third Edit). New York: Cambridge University Press.

Wibowo, S. (2005). Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 17-23.

Wibowo, S. (2008). Budidaya Bawang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Umrah, U., Firdasari, F., & Mutmainah, M. (2023). Eksplorasi Cendawan Kontaminan Pada Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Palu Pascapanen. Agroland: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 30(3), 203 - 216. https://doi.org/10.22487/agrolandnasional.v30i3.1719
Fulltext