IDENTIFIKASI CENDAWAN PATOGEN SERANGA ASAL TANAH KEBUN KAKAO DAN ASAL TANAH LIQUIFAKSI
Article History
Submited : March 27, 2024
Published : June 25, 2024
Cendawan entomopatogen adalah organisme heterotrof yang hidup sebagai parasit pada serangga dan juga mempunyai sifat patogenik (penyebab penyakit) pada serangga atau hama. Tanah merupakan salah satu tempat untuk melihat keberadaan cendawan entomopatogen di alam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cendawan entomopatogen apa saja yang terdapat pada perkebunan kakao dan tanah liquifaksi. Penilitian dilaksanakan pada bulan juli 2019 sampai november 2019 di perkebunan kakao desa loru dan tanah liquifaksi jono oge kecamatan Sigi Biromaru kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Hama Penyakit tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.dua tahap, yaitu tahap pertama mengambil pupa C. cramerella dan sampel tanah dari perkebunan kakao dan tanah liquifaksi, di bawa ke laboratorium, kemudian tahap kedua pupa yang terinfeksi patogen di isolasi kemudian di amati jenis jamur apa yang menginfeksi. Cendawan entomopatogen yang di koleksi dari lahan perkebunan kakao dan tanah liquifaksi, berjumlah 18 isolat. Dari hasil identifikasi cendawan entomopatogen ditemukan 3 genus yaitu Aspergilus pada perkebunan kakao di lapisan tanah 0-5 cm A, 5-10 cm B, 5-10 cm B, 10-15cm C, dan ditanah liquifaksi terdapat genus Aspergilus pada lapisan tanah 0-5 cm A. Genus Vertilicium pada perkebunan kakao pada lapisan tanah 0-5 cm B, 0-5 cm C, 5-10 cm A dan 10-15 cm A, Beauveria pada tanah liquifaksi pertanaman kakao di lapisan tanah 5-10 cm c.
Deciyanto. S, dan Indrayani IGAA. 2008. Jamur entomopatogen Beauveria bassiana: potensi dan prospeknya dalam pengendalian hama tungau. Perspektif 8(2): 65-73.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta
Molina-Ochoa J, Lezama-Gutierrez R, Gonzalez-Ramirez M, LopezEdwards M, Rodriguez-Vega MA, Arceo-Palacios F. 2003. Pathogens and parasitic nematodes associated with populations of fall armyworm (Lepidoptera: Noctuidae) larvae in Mexico. Florida Entomologist.86 (3): 244-253.
Norris KR, Caswell-Chen, Kogan M. 2003. Concept in Integrated Pest Management. New Jersey (US): Prentice Hall.
Noveriza R. 2007. Kontaminasi Cendawan dan Mikotoksin pada Tumbuhan Obat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika, Bogor
Nuraidal & Hasyim A. 2009. Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Jamur Entomopatogen dari Rizosfir Pertanaman Kubis. J. Hort. 19(4): 419-432
Prayogo Y. 2006. Upaya memper tahankan keefektifan cendawan entomopatogen untuk mengendalikan hama tanaman pangan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25(2), 47-54
Rosmini, Lasmini SA. 2010. Identifikasi Cendawan Entomopatogen Lokal dan Tingkat Patogenesitasnya Terhadap Hama Wereng Hijau (Nephotettix Virescens Distant.)Vektor Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sawah Di Kabupaten Donggala. J. Agroland. 17 (3): 205-212.
Soetopo D dan IGAA Indrayani. 2007. Status teknologi dan prospek Beauveria bassiana untuk pengendalian serangga hama tanaman perkebunan yang ramah lingkungan. Perspektif 6 (1), 29 – 46.
Sosa-Gomez DR, Delpin KE, Moscardi F, Farias JRB. 2001. Natural Occurrence of The Entomopathogenic Fungi Metharizium, Beauveria, and Paecilomyces in Soybean Under Till and No-Till Ciltivation Systems. Biological control.
Sulistyowati, E. 2008. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Jakarta: Penebar Swadaya.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengendalian Hama Terpadu.Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 273 hal.
Widayat & Rayati 1993. Hasl Penelitian Jamur Entomopatogenik lokal dan prospek penggunaanya Sebagai Insektisida hayati. Hlm. 61-67 Dalam E.Martono, E. Mahrub N.S. Putra, dan Y. Trisetyawati (ED.) Simposium Patologi Serangga I. Unerversitas Gadja Mada. Yogyakarta.